Etd.eprints.ums.ac.id

UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK
ETIL ASETAT BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)
PADA KELINCI JANTAN
RINA ISTIANI
K 100 040 138
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat yang tercantum dalam urutan ke-4 prioritas penelitian untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, dan geriartri. Berdasarkan penelitian di Surabaya dan dari data poliklinik diabetes di seluruh Indonesia, diperkirakan penderita pada tahun 2000 meningkat menjadi 4 juta, pada tahun yang sama paling sekitar 240 juta penduduk dunia menderita diabetes Kadar gula darah yang melebihi normal membuat insulin yang ada tidak cukup untuk mengubah semua glukosa darah menjadi glikogen, sehingga glukosa yang berlebih dikeluarkan melalui ginjal bersama cairan tubuh, seperti urin. Kurangnya hormon insulin mengakibatkan glukosa tidak dapat diubah menjadi tenaga atau energi dan tertimbun di dalam darah. Sementara itu, kadar gula dalam darah melebihi normal akan mengakibatkan ginjal tidak mampu menyaring semua darah, sehingga urin mengandung glukosa. Adanya gula di dalam urin yang disebabkan gangguan pankreas sebagai organ penghasil insulin membuat diabetes mellitus atau kencing manis (Sudewo, 2004). Pilar pengobatan diabetes mellitus meliputi diet, olah raga dan obat antidiabetik. Obat antidiabetik tersedia dalam bentuk antidiabetik oral dan dalam bentuk injeksi insulin akan menyebabkan beberapa hal antara lain: sangat mengganggu, tidak disukai penderita, adanya efek samping obat dan bahaya Alasan masyarakat untuk mulai menggunakan pengobatan tradisional diantaranya karena dengan obat tradisional tidak memerlukan biaya yang mahal dan dapat diramu sendiri di rumah tidak seperti pengobatan dengan obat-obat kimia atau sintetik. Obat tradisional merupakan obat bebas sehingga dapat diperoleh dengan mudah tanpa resep dokter. Selain itu efek samping obat tradisional lebih kecil dibandingkan dengan obat-obat kimia atau sintetik. Pengobatan tradisional di Indonesia telah diperoleh masyarakat Indonesia sejak lama secara turun-temurun warisan nenek moyang (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Sebagian besar obat tradisional yang telah dikembangkan melalui seleksi alamiah dalam pemakaiannya ternyata belum memenuhi persyaratan ilmiah. Agar pemakaian obat tradisional dapat dipertanggungjawabkan perlu dilakukan penelitian baik untuk mencari komponen aktifnya maupun untuk menilai efektivitas dari Salah satu tumbuhan dari sekian banyak tanaman di Indonesia yang mempunyai khasiat menurunkan kadar glukosa darah adalah jambu biji (Psidium guajava L) selain itu juga digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol darah tinggi (hiperkolesterolmia) dan sembelit (Dalimarta, 2003). Berdasarkan penelitian sebelumnya perasan buah jambu biji 0,517 g/hari akan menurunkan kadar glukosa darah mulai minggu ketiga pada tikus yang diinduksi aloksan (Yusof dan Said, 2004), infusa dan dekokta dari buah jambu biji dapat menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci (Galicia, et al, 2002). Pemberian ekstrak air buah jambu biji mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci yang sebanding dengan glibenklamid dosis 0,235 mg/kgBB (Sutrisna, 2005), serta ekstrak etanol 70% buah jambu biji dapat menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci jantan yang sebanding dengan akarbose dosis 2,33 mg/kgBB (Arryska, 2008). Senyawa yang terkandung dalam jambu biji adalah saponin, minyak atsiri, flavonoid, dan senyawa polifenol (Sudarsono dkk., 2002). Flavonoid terkandung dalam tanaman dalam bentuk glikosida dan aglikon. Aglikon polimetil atau polimetoksi dapat larut dalam senyawa non polar (Harbone, 1984). Dalam penelitian sebelumnya belum dilakukan penelitian tentang efek penurunan kadar glukosa darah ekstrak etil asetat buah jambu biji (Psidium guajava L) dan belum diketahui apakah senyawa non polar dari buah jambu biji yang mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah. Oleh karena itu dilakukan pengujian ilmiah tentang efek penurunan kadar glukosa darah ekstrak etil asetat buah jambu biji. Penelitian penggunaan buah jambu biji untuk menurunkan kadar glukosa darah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan kesehatan masyarakat. B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah yaitu apakah ekstrak etil asetat buah jambu biji (Psidium guajava L.) mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci jantan yang dibebani glukosa. C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etil asetat buah jambu biji (Psidium guajava L.) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci D. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L)
a. Sistematika jambu biji (Psidium guajava L)
b. Sinonim
P. Aromaticu Blanco, P. pomiferum L., P. pyriferum L. c. Nama daerah
Sumatera: glima breueh (Aceh), glimeu beru (Gayo), galiman (Batak karo), Masiambu (Nias), biawas, jambu biawas, jambu biji, jambu batu, jambu klutuk (melayu). Jawa: jambu klutuk (sunda), bayawas, jambu krutuk, jambu krikil, jambu krutuk, petokal (Jawa), jhambhu bhender (Madura). Nusa Tenggara: sotong (Bali), guawa (Flores), goihawas I (Sika). Sulawesi: gayawas (Manado), boyawat (Mongondow), koyawas (Tonsaw), dambu (Gorontalo), jambu paratugala (Makasar), jambu paratukala (Bugis), jambu (Baree), kujabas (Roti), biabuto (Buol). Maluku: kayawase (seram barat), kawase (seram selatan), laine hatu, lutu hatu (Ambon), gawaya (Ternate, Halmahera) (Dalimarta, 2003 ). d. Morfologi tanaman
Tanaman jambu biji memiliki ciri-ciri : pohon tinggi 3-10 m. kulit kerang, licin, terkelupas dalam potongan. Daun muda berbulu abu-abu, daun bertangkai pendek, bulat memanjang. Bunga terletak di ketiak daun, daun mahkota bulat telur terbalik, warna putih, cepat rontok. Buah buni bundar, bentuk bulat, warna kuning. Tanaman jambu biji berasal dari Amerika Tropis, banyak ditanam sebagai pohon
e. Kandungan kimia
Buah jambu biji dapat dijadikan sebagai obat alternatif karena mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai penghambat berbagai jenis penyakit, diantaranya jenis flavonoid, tannin, minyak atsiri, dan juga terdapat saponin (Dweck, 2001), senyawa fenolik (kuarsetin, avikularin, guaijaverin, leukosianidin, asam elegat, asam psidiolat, amritosid, zat samak, pirogalol) (Sudarsono, 1996). f. Kegunaan
Daun jambu biji digunakan untuk pengobatan diare akut dan kronis, disentri, perut kembung pada bayi dan anak, kadar kolesterol darah meninggi, haid tidak lancar, sering buang air kencing, luka, luka berdarah, dan sariawan. Buah digunakan untuk pengobatan kencing manis (diabetes mellitus), kadar kolesterol darah tinggi (hiperkolesterolmia) dan sembelit. Ranting muda digunakan untuk pengobatan keputihan (teukorea). Akar digunakan untuk pengobatan disentri (Dalimarta, 2003). 2. Metabolisme Glukosa
Masuknya (influx) glukosa ke dalam darah dapat meningkatkan kadar glukosa darah, yang menyebabkan tersekresinya insulin dari pankreas dan menurunkan sekresi glukagon. Selanjutnya, menyebabkan peningkatkan pengambilan glukosa oleh hati, otot dan jaringan lemak. Masuknya glukosa kedalam darah juga merangsang sintesis glukogen dalam hati dan otot dengan jalan mengurangi produksi cyclic Adenin MonoFosfat (cAMP) yang nantinya akan mengaktifkan proses fosforilasi fotosintesis glukoge. Dalam proses yang sama aktivitas fosforilase glikogen dikurangi. Sintesis dan penyimpanan glikogen terbagi terbatas secara fisik. Oleh karena sifat molekul glikogen voluminous (terhidrasi) dan diperkirakan bahwa tidak lebih dari 10-15 jam setara energi glukosa dapat disimpan dalam hati (sekitar 100 g). Kelebihan glukosa akan dikonversi menjadi asam-asam lemak dan tirgliserida terutama oleh jaringan hati dan lemak. Trigliserida yang terbentuk dalam hati dibebaskan ke dalam plasma sebagai Very Low Density Lipoprotein (VLDL) yang akan diambil oleh jaringan lemak untuk disimpan (Linder, 1992). Glukagon akan memobilisasi glikogen hati melalui system cAMP-protein kinase dan meningkatkan sintesis enzim yang dibutuhkan untuk proses kebalikan dari glikolisis (atau glukoneogenesis dari asam amino), hal ini dibutuhkan kalau karbohidrat tidak segera tersedia. Glukagon juga dapat membebaskan asam lemak dari trigliserida yang disimpan dalam jaringan lemak tetapi noretineprin dibebaskan dari ujung-ujung saraf simpatetik mungkin lebih penting dan dengan demikian tidak akan ada insulin. Glikogen fosforilase dalam otot juga diaktifkan melalui sistem cAMP, tetapi dengan katekolamin (dibebaskan dalam keadaan stres dan olah raga), bukan dengan glukagon. Dalam keadaan stres katekolamin dapat menyebabkan mobilisasi glikogen dan hidrolisis trigliserida, walaupun dalam keadaan tidak membutuhkan fenomena tersebut secara langsung. Glukosa otot yang disimpan dalam bentuk glikogen harus digunakan in situ dan tidak pernah dibebaskan dalam peredaran darah, karena jaringan ini tidak mempunyai glukosa - 6-fosfatase yang merupakan enzim yang unik untuk hati dan ginjal (Linder, 1992). 3. Diabetes Mellitus
a. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hipoglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Soegondo, dkk., 1995). Orang yang terkena DM ditandai oleh naiknya kadar gula darah atau hiperglikemi dan tingginya kadar gula dalam urin atau b. Klasifikasi Diabetes Mellitus
American Diabetes Association pada tahun 2002 merevisi klasifikasi dan terminology diabetes mellitus. Klasifikasi diabetes mellitus yang sebelumnya insulin- dependen diabetes mellitus (IDDM) dan non-insulin-dependent diabetes mellitus Diabetes mellitus tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadinya ketosis. Diabetes mellitus tipe 1 adalah suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel pankreas gagal merespon semua stimulus Diabetes mellius tipe 2 merupakan suatu kelompok heterogen yang terdiri dari bentuk diabetes yang lebih ringan. Sirkulasi insulin endogen cukup untuk mencegah terjadinya ketoasidosis tetapi insulin tersebut sering dalam kadar kurang dari normal atau secara relative tidak mencukupi karena pekanya jaringan. Obesitas menyebabkan gangguan pada kerja insulin, merupakan faktor resiko pada diabetes Diabetes ini terjadi selama kehamilan dan dapat sembuh atau hilang kemudian. Meskipun bersifat sementara, diabetes gestasional dapat merusak kesehatan bayi maupun ibunya, dan sekitar 20%-50% wanita penderita diabetes Diabetes yang disebabkan diantaranya karena kerusakan genetik sel beta (autosomal atau mitokondrial), resistensi insulin karena keturunan, penyakit pankreas (pankreatitis kronis, cystic fibrosis), kerusakan hormon, obat-obatan kimia (Anonim, c. Pengelolaan DM
Pengelolaan DM dimulai dengan edukasi, pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) seperti golongan pemicu sekresi insulin atau penambah sensitivitas terhadap insulin atau penghambat absorpsi glukosa atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu OHO dapat segera diberikan sesuai indikasi, dengan mewaspadai timbulnya hipoglikemia. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, insulin dapat segera diberikan dengan mewaspadai timbulnya hipoglikemi (PERKENI, 1998, Hardiman, 2002). 4. Obat Diabetes Mellitus
Obat diabetes mellitus digunakan untuk menurunkan glukosa darah pada penderitia DM (Diabetes Mellitus). Obat diabetes mellitus selain insulin, bias digunakan oral anti diabetik, yaitu obat yang dapat efektif pada pemakaian per oral (via mulut) berupa tablet. DM adalah gangguan menahun pada metabolisme karbohidrat dalam tubuh juga metabolisme lemak. Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin untuk pembakaran glukosa sebagai sumber energi dan untuk sintesis lemak akibatnya terjadi hiperglikemi (meningkatkan kadar gula darah) (Anief, 1996). Obat antidiabetik terutama dipakai untuk mengendalikan diabetes mellitus, suatu penyakit kronik yang mempengaruhi metablisme karbohidrat. Ada dua Obat hipoglikemi oral adalah preparat sintetik yang merangsang pelepasan insulin. Insulin suatu protein yang disekresikan oleh sel beta pankreas, adalah penting untuk metabolisme karbohidrat dan juga memainkan peranan penting dalam metabolisme protein serta lemak. Sel-sel beta merupakan 75% dari pankreas, dan sel- sel alfa yang mensekresikan glukagon, suatu subtansi hiperglikemi, yang menempati kira-kira 20% pankreas (Joyce dan Evelyn, 1996). Mekanisme kerja sulfonilurea adalah meningkatkan pengeluaran insulin dari pankreas. Sulfonilurea diduga mempunyai 2 mekanisme kerja tambahan yaitu: suatu penurunan kadar glukagon serum dan suatu efek ekstra pankreatik dengan mengadakan efek potensiasi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran (Katzung, Obat ini bekerja untuk menurunkan glukosa darah tidak tergantung pada adanya fungsi pankreatif sel-sel . Mekanisme kerjanya meliputi: 1. Stimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan, dengan peningkatan 3. Melambatkan absorpsi glukosa dari saluran cerna dengan peningkatan perubahan 4. Penurunan kadar glukogon plasma (Katzung, 2002). Biguanide tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu: 1. Biguanid pada tingkat prereseptor dapat: c. Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin Biguanid pada tingkat reseptor dapat meningkatkan jumlah reseptor insulin. Biguanid mempunyai efek intraseluler (yang mungkin pada tingkat pasca reseptor), sehingga dapat memperbaiki defek respons insulin (Tjokroprawiro, 1999). Meglitidine merupakan suatu golongan insulin yang baru. Obat tersebut memodulasi pengeluaran insulin sel dengan mengatur aliran keluar kalium melalui kanal kalium. Meglitinid dan sulfonilurea terjadi tumpang tindih dengan dalam titik tangkap kerja molekulernya karena obat ini memiliki 2 situs ikatan yang sama dengan sulfonilurea dan satu situs ikatan yang unik. Obat ini tidak mempunyai efek langsung pada eksositosis insulin dan memiliki kerja yang sangat cepat dengan konsentrasi puncak dan efek puncak dalam waktu sekitar 1 jam setelah pemberian. Meglitinide kerjanya cepat dan masa kerjanya yang singkat, obat ini dapat digunakan mengontrol perjalanan glukosa. Obat ini dapat digunakan tepat sebelum makan dalam dosis 0,25-4 mg, hipoglikemia merupakan resiko apabila menunda waktu makan atau tidak makan atau jika makanan tidak cukup mengandung karbohidrat Golongan ini dapat digunakan untuk mengurangi resisten insulin dengan meningkatkan pengambilan glukosa dan metabolisne dalam otot dan jaringan adipose Akarbose dan miglitol, obat-obat ini termasuk kelompok obat baru, yang berdasarkan persaingan inhibisi enzim -glukosidase di mukosa duodenum, sehingga reaksi penguraian dipolisakarida menjadi monosakarida dihambat. Dengan demikian glukosa dilepaskan lebih lambat dan absorbsinya ke dalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga memuncaknya kadar gula darah dapat dihindarkan 5. Insulin
Sel-sel pankreas secara normal mensekresikan 40-60 unit insulin setiap harinya. Insulin meningkatkan pengambilan glukosa, asam amino, dan asam lemak dan mengubahnya menjadi bahan-bahan yang disimpan dalam sel-sel tubuh. Glukosa diubah menjadi glikogen untuk keperluan glukosa dimasa mendatang dalam hati dan otot, sehingga menurunkan kadar glukosa dalam darah. Nilai glukosa darah normal adalah 60-100 mg/dl dan glukosa serum 70-110 mg/dl. Ketika kadar glukosa darah lebih besar dari 180 mg/dl dapat terjadi glukosurea (gula dalam urin). Peningkatan kadar gula darah bertidak sebagai diuretic osmotic, menyebabkan poliurea bila gula darah tetap meninggi (> 200 mg/dl), akan mengakibatkan terjadinya diabetes mellitus Insulin adalah salah satu hormon terpenting yang mengkoordinasikan penggunaan energi oleh jaringan. Biosintesis insulin melibatkan 2 prekursor tidak aktif, yaitu preproinsulin dan proinsulin. Prekursor ini secara berurutan pecah membentuk hormon aktif. Insulin disimpan disitosol dalam bentuk granula yang dengan rangsangan tepat dilepaskan oleh eksositosis. Insulin didegradasi oleh enzim insulinase yang terdapat di hati dan dalam jumlah kecil dan terdapat di ginjal insulin memiliki umur paruh plasma sekitar 6 menit (Rimbawan dan Siagian, 2004). 6. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan dapat larut. Bahan mentah obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan ataupun hewan tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan atau dikeringkan. Tiap-tiap bahan mentah obat disebut ekstrak, tidak mengandung hanya satu unsur saja tetapi berbagai unsur, tergantung pada obat yang digunakan dan kondisi dari ekstraksi (Ansel, 1989). Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan masa zat aktif yang semula berada dalam sel, ditarik oleh cairan penyari. Pada umumnya penyari akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan semakin luas Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Anonim, 1979). Ekstrak merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif simplisia nabati dan hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut dapat diuapkan Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang maksimum dari zat aktif dan seminimal mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan (Ansel, 1989). Kriteria cairan penyari yang baik haruslah memenuhi syarat antara lain: murah dan mudah didapat, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak menguap dan mudah terbakar, selektif yaitu menarik zat yang berkhasiat, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, diperbolehkan oleh peraturan (Anonim, 1986). Farmakope Indonesia menetapkan untuk proses penyarian larutan penyari yang digunakan adalah air, eter, dan penyarian pada pembuatan obat tradisional. Dalam penelitian ini cairan penyari yang digunakan adalah etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang jernih, tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, dan mempunyai bau yang khas (Anonim, 1986). Metode dasar penyarian yang dapat digunakan adalah infundasi, maserasi, perkolasi, penyarian dengan soxhlet. Pemilihan terhadap metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik. Dalam penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Istilah maserasi berasal dari bahasa Latin “macerare” yang artinya “merendam”, merupakan proses paling tepat untuk obat yang sudah halus dimungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dan melunakkan susunan sel sehingga zat yang mudah larut akan melarut Dalam referensi lain disebutkan bahwa maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Proses pengerjaan dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, sitrak dan Iain-lain. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan pada awal penyarian. Adapun keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian menggunakan cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Anonim, 1986). Maserasi umumnya dilakukan dengan cara: 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari, kemudian endapan dipisahkan (Anonim, 1986). E. Landasan Teori
Secara empiris buah jambu biji merupakan tanaman yang dapat digunakan untuk mengobati diabetes mellitus. Dari penelitian sebelumnya menyebutkan perasan buah jambu biji 0,517 g/hari akan menurunkan kadar glukosa darah mulai minggu ketiga pada tikus yang diinduksi aloksan (Yusof dan Said, 2004), berdasarkan studi literatur dari tanaman obat disebutkan bahwa infusa dan dekokta dari buah jambu biji dapat menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci (Galicia, et al., 2002), pemberian ekstrak air buah jambu biji mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci yang sebanding dengan glibenklamid dosis 0,235 mg/kgBB Ekstrak etanol 70% buah jambu biji dapat menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci jantan yang sebanding dengan akarbose dosis 2,33 mg/kgBB (Arryska, 2008). Penelitian Sunagawa et al. (2004) juga menyebutkan bahwa mengkonsumsi jus jambu biji dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang diinduksi Sebagai kelanjutan dari penelitian tersebut, pada penelitian ini buah jambu biji diuji efek hipoglikemiknya dengan penyari yang berbeda yaitu menggunakan etil asetat yang bersifat semi polar yang diharapkan dapat menyari senyawa guava polifenol yang diduga berpotensi dapat menurunkan kadar glukosa darah. Kandungan kimia buah jambu biji adalah flavonoid, saponin, minyak atsiri. Guava polifenol merupakan salah satu dari senyawa flavonoid. Flavonoid juga mempunyai tipe yang beragam dan terdapat dalam bentuk bebas (aglikon) maupun terikat sebagai glikosida (Harbone, 1987). Aglikon polimetoksi bersifat non polar, aglikon polihidroksi bersifat semi polar, sedangkan glikosida flavonoid bersifat polar (Harbone, 1987), etil asetat merupakan pelarut yang bersifat non polar sampai semi polar kemungkinan flavonoid polimetoksi dan polihidroksi juga terkandung dalam buah jambu biji dapat tersari dalam ekstrak etil asetat buah jambu biji sehingga dimungkinkan dapat menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci jantan. F. Hipotesis
Ekstrak etil asetat buah jambu biji (Psidium guajava L.) diduga memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci jantan.

Source: http://etd.eprints.ums.ac.id/2301/1/K100040138.pdf

stclement1.net

Snow Tubing Trip February 17th, 2012 6:00pm-10:00pm Ski Liberty Mountain Resort 78 Country Club Trail, Carroll Valley, PA 17320 Youth Name:__________________________________ Home Phone:_____________________ Parent Name:__________________________________ Work Phone:_____________________ Other number where Parent can be reached: __________________________________________ Address ____

Activity

BREAST POST OPERATIVE INSTRUCTIONS BREAST AUGMENTATION/ IMPLANT EXCHANGE/ MASTOPEXY (BREAST LIFT)/ BREAST REDUCTION A C T I V I T Y  Quiet. Walk at least 3 minutes every few hours while awake.  Begin massage 2 weeks after surgery or when soreness is gone.  No sexual activity for 3 weeks after surgery.  Refrain from lifting anything over 10 lbs. for six weeks after surg

Copyright © 2010-2014 Internet pdf articles